Rabu, 17 April 2013

PTK (Penelitian Tindakan Kelas)


A.  PENGERTIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom action Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946. Adapun pengertian PTK menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut
1.    Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK atau action research adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri; (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993:44).
2.    Sedangkan tim pelatih proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
3.    Sejalan dengan pengertian diatas, Prabowo (2001) mendefinisikan makna dari penelitian tindakan yaitu suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termasuk juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.
4.    Definisi tersebut diperjelas oleh pendapat Kemmis dalam Kardi (2000) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah studi sistematik tentang upaya memperbaiki praktik pendidikan oleh sekelompok peneliti melalui kerja praktik mereka sendiri dan merefleksikannya untuk mengetahui pengaruh-pengaruh kegiatan tersebut. Atau bisa disederhanakan dengan kalimat yaitu upaya mengujicobakan ide dalam praktik dengan tujuan memperbaiki atau mengubah sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.



B.  KEGUNAAN
Adapun kegunaan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:
1.    Inovasi Pembelajaran
Guru perlu mencoba mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu melahirkan gaya dan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Setiap tahun, Guru akan selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda, karena itu, jika guru melakukan PTK yang dimulai dari persoalannya sendiri, dan menghasilkan pemecahannya sendiri, maka secara tidak langsung ia telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
2.      Peningkatan Profesionalisme Guru
Mc Niff (1992:9) menyimpulkan bahwa dalam PTK guru ditantang untuk terbuka pada pengalaman dan proses-proses baru. Dengan demikian tindakan-tindakan dalam PTK merupakan pendidikan bagi guru dan secara tidak langsung dapat meningkatkan keprofesionalan mereka dalam proses pembelajaran di kelas. Guru yang profesional akan selalu mengkaji dan melakukan penilaian secara kritis terhadap praktik pembelajarannya. Apabila guru melihat kinerjanya sendiri, dan ia merefleksikan apa yang telah dilakukannya, lalu ia memperbaikinya, maka pada akhirnya guru akan mendapatkan otonominya secara profesional.
C.  PRINSIP-PRINSIP
Ada 6 prinsip yang mendasari PTK yang dijelaskan Hopkin dalam Kardi (2000). Keenam prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut:
  1. Tugas utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
  2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
  3. Metodologi yang digunakan harus realibel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dapat dikemukakannya.
  4. Masalah penelitian yang diambil oleh guru hendaknya masalah yang cukup merisaukannya dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guuru sendiri memiliki komitmen untuk pemecahannya.
  5. Dalam pelaksanaan PTK, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
  6. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan Classroom Exeeding Persepective. dalam arti permasalahan tidak dilihat secara terbatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu (skala mikro) melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (skala makro).
D.  LAGKAH-LANGKAH
Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) yaitu Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih memperjelas mari kita perhatikan tahapan-tahapan berikut:
1.      Planning (Rencana) PLANNING (RENCANA)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan. Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih muda untuk mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.
2.      Action (Tindakan)
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam pelaiksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3.      Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
4.      Reflection (Refleksi
Releksi disini meliputi kegiatan : analisi, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
E.  KELEBIHAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memeliki beberapa kelebihan. Menurut Shumsky (1982) kelebihan penelitian tindakan, antara lain sebagai berikut:
1.    Kerja sama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki. Kerja sama dalam proyek penelitian tindakan mungkin memenuhi kebutuhan dalam kehidupan moderen. Kerjasama memberikan kesempatan untuk menciptakan kelompok baru yang mendorong lahirnya rasa keterkaitan.
2.    Kerja sama dalam PTK mendorong kreatifitas dan pemikiran kritis. Dalam interaksi dengan orang lain, seseorang akan menemukan bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian mereka mereka menerima dirinya sendiri secara wajar, dan melalui kelompok mereka akan memiliki berbagai cara dalam memecahkan masalah, banyak saran penyelesaian, banyak analisis kritis, situasi terbuka yang mendorong kreatifitas dan pemikiran kritis.
3.    Kerja sama meningkatkan kemungkinan untuk berubah. Mencoba sesuatu yang baru selalu mengandung resiko, dan ketika kelompok menanggung resiko. Maka resiko perorangan menjadi kecil. Dalam penelitian menunjukan dalam dinamika kelompok. Banyak individu lebih cepat mengalami perubahan dibanding seseorang yang bukan anggota kelompok. Pada hakikatnya manusia menginginkan perubahan yang progresif, sehingga melalui penelitian ini akan mendorong individu anggota terlibat dalam perubahan konstruktif dan progresif.
4.    Kerja Sama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan. Peneliti tidak merasa memiliki semua fakta dan mengetahui sema jawaban. Peneliti mencoba mengumpulkan semua fakta, dan secara cermat menilai dan menguraikan masalahnya. Peneliti harus peka terhadap perasaan peneliti lain dan perasaan kelompok dalam mengambil tindakan. Mereka membantu kelompok dalam konteks yang lebih luas dari situasi dan kemungkinan berbagai penyelesaian. Melalui kerja sama dalam penelitin tindakan orang terlatih mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan masalah.
F.   KEKURANGAN
Selain memiliki kelebihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga memeliki beberapa kekurangan-kekurangan sebagai berikut:
1.    Kekurangan pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada pihak peneliti. Penelitian lazimnya dilakukan oleh praktisi seperti guru, kepala sekolah, pengelola, pengawas yang selalu peduli terhadap ketimpangan atau kekurangan yang ada pada situasi kerjanya dan bertindak umtuk memperbaikinya. Karena praktisi selalu akrab dengan situasi praktis, mereka kurang dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan teknik dasar penelitian. Hal ini semakin lemah karena perasaan praktisi (guru) bahwa penelitian hanya dilakukan oleh masyarakat kampus yang bergelut dengan kegiatan ilmiah, sehingga para praktisi pada umumnya kurang tertarik untuk melakukan penelitian. Akibatnya mereka merasa tanpa pertolongan konsultan mereka tidak mampu melaksanakan penelitian dan cenderung kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2.    Penelitian tindakan memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala besar. Praktisi yang akan melakukan penelitian tindakan kelas harus membagi waktunya untuk melakukan tugas rutinnya dan untuk melakukan penelitian. Akhirnya guru harus mengkonsentrasikan tidak hanya mengajar, akibatnya atasan jarang memberikan ijin pada guru untuk melakukan penelitian
3.    Kelemahan tentang konsepsi proses kelompok. Proses kelompok dapat berjalan dengan baik sangat tergantung pada pemimpin kelompok yang demokratis, yaitu sesorang yang memungkinkan para anggota mengandalkan jalannya diskusi. Untuk dapat berfungsi sebagai pemimpin demokratis, sesorang dituntut peka terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompok dalam situiasi tertentu.
4.    Kesulitan mengajak orang untuk mengadakan perubahan. Banyak orang berpandangan perubahan adalah kerja keras, berubah dari kemapanan yang telah dinikmatinya, dan perubahan melalui melalui penelitian tindakan kelas menuntut penyediaan tenaga, pemikiran, dan waktu serta sikap baru. Selama orang sudah mapan dengan situasi kerjanya, selam itu pula mereka sulit untuk diajak berubah, padahal tindakan menuntut kondisi yang memungkinkan pelaksanaan penelitian tindakan. Kondisi-kondisi tersebut sebagai berikut: (a) kesediaan untuk mengakui kekurangan diri, (b) kesempatan yang memadai untuk melakukan sesuatau yang baru, (c) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru, (d) waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan, (e) kepercayaan timbal balik antara orang-orang yang terlibat, (f) pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta-peserta penelitian (Hodgkonson, 1988).
G. DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2012. Kelebihan, Kekurangan, Manfaat dan Penerapan PTK (Seri PTK 1.5).html. Diakses pada tanggal 19 April 2012.

Anonim2. 2012. Prinsip prinsip Penelitian Tindakan Kelas.htm. Diakses pada tanggal 19 April 2012.

Anonim3. 2012. prinsip-prinsip-ptk.html. Diakses pada tanggal 19 April 2012.

Anonim4. 2012. langkah-langkah-ptk.html. Diakses pada tanggal 19 April 2012. 
Read More ->>

Kamis, 12 April 2012

MENGENAI RESEARCH AND DEVELOPMENT (R & D)


1.    PENGERTIAN
Educational Research and Development biasa juga disebut Research Based Development. Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R & D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar , modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas, , model unit produksi, Khusus dalam bidang pengembangan kurikulum, para pengembang jarang menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Para pengembang kurikulum seringkali menggunakan metode atau pendekatan filosofis dan akademik dan kurang memberikan perhatian pada temuan-temuan empiris.
2.    TUJUAN
Tujuan dari penelitian dan pengembangan dari bidang industri dan pendidikan adalah sebagai berikut:
a.         Bidang Industri
Pada awalnya, metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) mulai diterapkan pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan produk-poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk bidang-bidang tertentu (komputer, farmasi) hampir melebihi 4% (Borg and Hall:1989).
b.        Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R & D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar , modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas, , model unit produksi, Khusus dalam bidang pengembangan kurikulum, para pengembang jarang menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Para pengembang kurikulum seringkali menggunakan metode atau pendekatan filosofis dan akademik dan kurang memberikan perhatian pada temuan-temuan empiris.
3.    LANGKAH-LANGKAH
Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a.         Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
b.         Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis)
Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuanke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan / subordinat). Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.
c.         Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts)
Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi Instruksional.
d.        Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives)
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.
e.         Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments).
Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
f.          Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional Strategy).
Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
g.         Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select Instructional Materials).
Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan memiliki konotasi.
h.       Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction).
Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas.
i.          Revisi Instruksional (Revise Instruction).
Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif.
j.         Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
4.    MODEL-MODEL
Adapun model-model penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:
a.      Model Dick – Carey
Model Dick – Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
1)      Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2)      Melaksanakan analisi pembelajaran
3)      Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4)      Merumuskan tujuan performansi
5)      Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
6)      Mengembangkan strategi pembelajaran
7)      Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8)      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9)      Merevisi bahan pembelajaran
10)  Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
b.      Versi Borg and Gall
Menurut Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Kadang-kadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian ini Research and Development dimanfaatkan untuk menghasilkan model pelatihan keterampilan sebagai upaya pemberdayaan, sehingga kemampuan masyarakat petani dalam berusaha dapat berkembang.
c.       Versi 4D
Metode pengembangan (Development Research) dengan menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Adapun tahapan model pengembangan meliputi tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap ujicoba (disseminate). Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini baru sampai pada tahap pengembangan (develop).


d.      Versi ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
1)      Analysis (analisa)
2)      Design (disain / perancangan)
3)      Development (pengembangan)
4)      Implementation (implementasi/eksekusi)
5)      Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
5.    KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a.         Kelebihan
1)        Pendekatan R & D mampu menghasilkan suatu produk / model yang memiliki nilai validasi tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli.
2)        Pendekatan R & D akan selalu mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti / memiliki nilai suistanibility yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk / model-model yang selalu actual sesuai dengan tuntutan kekinian
3)        Pendekatan R & D merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat praktis
4)        Metode penelitian yang ada dalam R & D cukup komprehensif , mulai dari metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.
b.        Kekurangan
1)      Pada prinsipnya pendekatan R & D memerlukan waktu yang relatif panjang; karena prosedur yang harus ditempuhpun relatif kompleks.
2)      Pendekatan R & D dapat dikatakan sebagai penelitian “here and now” , Penelitian R & D tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R & D pemodelannya pada sampel bukan pada populasi.
Read More ->>